Cari Blog Ini

Senin, 23 Januari 2017

COREL vs POTOSHOP

#BerbagiItuIndah sore sob, cuman sedikit share aja. sapa tau bisa jadi siraman rohani, eh maksudnya untuk menambah wawasan sikap/kode etik seorang desainer

COREL vs POTOSHOP
(jangan baca judulnya)

banyak diantara desainer desainer di indonesia (desainer corel khususnya), baik yang sudah profesional maupun semi profesional bahkan tak sedikit dari kalangan newbie. mereka banyak yang membeda-bedakan antara corel dan potosop (tak terkecuali saya, yang juga pernah merasa begitu). potosop sering kali dianggap dan dibilang sebagai applikasi cewek dan aplikasi editing biasa yang tak bisa dijadikan alat kerja desainer, dan menganggap corel adalah segalanya (gak salah, mereka punya hak untuk merasa begitu) tapi tahukah agan agan sekalian, ga sedikit jugapara desainer potosop yang malah lebih jago dari pada pengguna elemen corel (elemen???). dan ini dipicu dari (mungkin) karena pengaturan atau tata cara desain potosop yang super sulit (bayangin aja, kalian mendesain 1 flyer membutuhkan 30 sampai 70 layer, pasti bingung untukk edit stu atau beberapa layer itu sendiri) nah, karena keterbiasaan melakukan pekerjaan serumit itu, mereka jadi lebih terbiasa untuk menggunakan kreatifitas (khususnya warna dan gradasi, serta manipulasi poto) bagi mereka untuk memanipulasi gambar dan warna bukanlah hal yang sulit (sesulit pengguna elemen corel untuk memanipulasi gambar) begitu juga dengan logo, karena mereka sudah terbiasa dengan pengaturan warna, mereka pasti juga lebih memiliki karakter untuk pemilihan setiap warnanya.

yah, itu sebabnya artikel ini saya buat, hanya untuk menambah referensi bahsa pengguna elemen potosop itu juga hebat-hebat. dan aplikasi tersebut juga bisa dibuat untuk alat kerja

diantara kita pasti ada juga yang masih menganggap potosop gak begitu penting. tapi bagi saya, potosop itu malah kenangan terindah.

karena jujur saja, saya sendriri (mungkin diantara agan agan ada juga yang senasib) mengawali dunia desain grafis dari potosop. alasan utamanya adalah (pada umur itu) pada waktu itu saya mengangap potosop lebih asik dan lebih mudah dipelajari, keasyikan itu saya dapat ketika iseng iseng ngedit poto untuk digonta ganti kepala dan untuk menyulap wajah saya jadi bersih dari jerawat :D namun keasyikan itu membuat saya menjadi sombong dan menganggap bhwa saya sudah jago desain. sehingga tawaran untuk mempelajari corel pun saya abaikan.

dan entah apa yang terjadi, ketika membanding-bandingkan hasil desain saya merasa sangat down, karena memang hasil corel lebih mantap dan keren. dan karena di potosop saya gak berkembang sama sekali, akhirnya dan akhirnya saya memutuskan untuk belajar corel (hingga sekarang)

perlu diketahui, faktanya memang potosop lebih mudah untuk dipelajari (khususnya di usia-usia remaja seperti anak sekolahan)
jadi, gak ada salahnya kalau sekali-kali kita menggunakan sang penyulap gambar (potosop) untuk mengolah desain kita (dari corel), karena kedua elemen itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. #kokcurcolsih

nah, okedeh singkat cerita dari saya. intinya, "Menjadi desainer corel handal itu gak harus murni hasil desain dari corel, tapi juga harus bisa memanfaatkan aplikasi lainnya untuk mengoptimalkan hasil desain"

sekian dari saya "sego kupat mlebu santen, menawi lepat nyuwun ngapunten"

2 komentar: